WIRAUSAHABISA!


Tangan Dingin Pengusaha Bandeng Presto

“Gurih, terasa sedikit asin, dan saat dikunyah seperti tak berduri.” Acapkali kita dengar dari para penikmat kuliner yang satu ini. Cara pemasakannya adalah di presto, yaitu makanan yang dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan rapat. Air yang berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih1, setelah mengetahui kata kunci “ presto “ yang langsung terbersit di dalam benak kita adalah bandeng presto. Presto merupakan salah satu cara untuk melunakkan duri – duri di dalam bandeng sehingga nyaman saat dikunyah dan terasa lembut
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai produksi bandeng presto, penulis mengadakan kunjungan ke salah satu tempat industri pengolahan bandeng presto di Jawa Tengah, tepatnya di Ngasinan, Sukoharjo. Kunjungan dilakukan pada hari Kamis, 29 Maret 2018, kunjungan dilakukan di sebuah tempat industri milik Ibu Tri Setyawati (37), atau kerap disapa Ibu Tri. Ibu Tri mulai memproduksi bandeng presto pada tahun 2003, bandeng presto yang beliau produksi mempunyai merek Ronajaya Sukma. Dalam satu hari, industri bandeng presto yang ia kelola mampu memproduksi lebih dari 500 kg dengan harga jual 1 kotak dihargai Rp.7.000,00 hingga Rp.12.000,00. Pada awalnya, cara pemasaran bandeng yang beliau produksi dijualkan melalui pasar – pasar tradisional di daerah Surakarta, salah satu pasar yang menurut beliau banyak terdapat produknya adalah Pasar Sidodadi Kleco. Beliau mulai melebarkan sayap bisnisnya, bandeng presto yang beliau jual mulai merambah masuk ke pasar tradisional di luar kota, seperti di pasar – pasar daerah Wonogiri, tepatnya di Praci. Salah satu faktor lain yang terpenting dari berwirausaha adalah Kepercayaan, usaha beliau menjadi sukses berkat kepercayaan dari para bakul - bakul atau pedagang – pedagang ikan di pasar, hingga kerap kali datang subuh – subuh, langsung ke tempat beliau demi mendapatkan bandeng presto segar yang nantinya akan mereka jual. Bandeng – bandeng segar yang nantinya di presto, beliau dapatkan langsung dari nelayan – nelayan di daerah Lamongan dan Gresik setelah itu diangkut dan dibawa langsung ke tempat produksi beliau di Ngasinan ( Sukoharjo ), untuk mendapatkan bandeng yang segar dan lezat, proses produksi bandeng presto dimulai pada malam hari, kira – kira pukul 11 malam atau tergantung dari pasokan bandeng segar yang datang.
Proses dari pembuatan bandeng presto terbilang cukup mudah, beliau membeberkan cara yang ideal untuk memproses adalah diolah terlebih dahulu, dengan dibersihkan bagian dalam bandeng mentah, setelah itu ditimbang, dicetak, proses terakhir adalah di asapkan atau di presto, yang unik saat penulis mengunjungi tempat pembuatannya adalah beliau masih menggunakan cara – cara tradisional, dengan dandang besar serta menggunakan tungku – tungku besar2 dan kayu, di dalam mengasapkan bandeng yang beliau produksi. Menurut beliau, cara tersebut terbukti ampuh untuk mendapatkan bandeng presto yang empuk, lezat, dan berkualitas.
Saat penulis bertanya mengenai suka dan duka di dalam mengembangkan bisnisnya, beliau hanya tersenyum dan menerangkan bahwa permasalahan yang sering terjadi di dalam bisnisnya adalah banyaknya hutang – hutang yang harus dilunasi terlebih dahulu agar produksi lancar, selain itu, cara lain adalah mengurangi produksi dari bandeng prestonya, sesuai dengan jumlah uang produksi yang ia miliki, salah satu cara lainnya adalah menimbun sisa bandeng mentah di dalam pendingin atau freezer agar tetap terjaga kesegarannya dan untuk diproduksi keesokan harinya.Selain bandeng presto,Ibu Tri juga mengambil ikan Pindang yang sudah diambil dari nelayan, untuk dijual ke bakul – bakul sebagai tambahan pemasukan. Sembari berkunjung, penulis juga melihat – lihat tempat produksi bandeng Ibu Tri, penulis beranggapan tempat produksi Ibu Tri luas, serta bersih, selain itu juga sistem kerja produksi juga tertata dilihat dari papan tulis tertera nama – nama karyawan dan pesanan – pesanan dari pembeli – pembeli bandeng presto milik beliau, yang unik adalah beliau juga membuat sendiri tempat untuk menyimpan bandeng – bandeng presto yang terbuat dari kayu dan dibentuk kotak, sehingga para pembeli dapat langsung memilih dan membawa pulang atau menjual tanpa njelimet memikirkan lagi tempat atau wadah bandeng presto.
Dari kunjungan yang penulis lakukan, penulis dapat kembali merefleksikan mengenai pentingnya berwirausaha, di dalam berusaha, tentunya diperlukan usaha dan inovasi, serta semangat untuk terus maju dan berkembang, diperlukan juga semangat untuk pantang menyerah didalam menghadapi kekurangan – kekurangan yang ada. Yang terpenting adalah kepercayaan, kepercayaan adalah pengambilan resiko kedepan yang didasarkan pada suatu keyakinan individu (setiap orang berbeda) untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan3 . Seberapapun banyak uang yang kita miliki, apabila di dalam berhubungan dengan rekan – rekan tidak mempunyai kepercayaan akan sulit untuk bekerja sama. “ Ada yang berubah, ada yang bertahan. Karena zaman tak bisa dilawan. Yang pasti kepercayaan harus diperjuangkan “ ( Chairil Anwar )

sumber terkait: 
                                                          


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ESAI BUKU